Anang Ardiansyah adalah pencipta lagu Paris Barantai. Begitu
melegendanya lagu ini hingga seakan menjadi lagu wajib dalam acara-acara
bernuansa Banjar.
Syairnya berbunyi: “Wayah pang sudah/Hari baganti musim/Wayah pang
sudah/Kotabaru gunungnya bamega/Bamega umbak manampur di sala
karang/Umbak manampur di sala karang….”
Lagu Paris Barantai, kata Anang pada suatu kesempatan, ia susun
berdasarkan hasil perjalanan pada tahun 1958 mengunjungi Bati-Bati,
Pelaihari, Batulicin hingga Kotabaru di Provinsi Kalimantan Selatan.
“Lagu Paris Barantai itu perjalanan lagu rakyat bersyair gandut dari Bati-Bati sampai Kotabaru,” ujarnya.
Begitu dahsyatnya lagu rakyat Banjar ini, pada tahun 90-an, sebuah
stasiun TV di Jakarta sempat menjadikan lagu ini sebagai lagu tema acara
Lobi-lobi. Anang pernah melayangkan protes ke RCTI ketika stasiun TV
swasta pertama itu menayangkan lagunya tanpa meminta izin Anang selaku
pencipta lagu.
Selain dari inspirasi dan riset, banyak lagu ciptaan Anang dari hasil
melakukan perjalanan ke suatu daerah. Dari hasil perjalanannya keluar
masuk kampung Suku Dayak di Kaltim lahirlah lagu Curiak, Mencari Jantung
Hati, Lamun Datang Itu Lagu, Balikpapan, Diang Katinting, Apo Kayan,
Oto Biru, Di Panajam Kita Badapat, Tingkilan Sepanjang Sungai, Di
Hunjuran Mahakam dan Sarung Samarinda.
“Lagu-lagu itu hasil perjalanan dari Samarinda sampai Long Iram.
Lagu-lagu itu merupakan perjalanan pantun dan napak tilas perjalanan
masa kanak-kanak saya
di Kaltim,” kata Anang, yang sejak berusia 17 bulan sampai 5,5 tahun
tinggal di Long Iram, Kaltim yang berpenduduk asli Suku Dayak Apo Kayan.
Anang kelahiran Banjarmasin, 3 Mei 1938. Orang tua Anang adalah Anang
Masran, yang saat zaman Belanda hingga masuknya Jepang menjadi Asisten
Kyai (Wedana) di Long Iram. Ketika tentara Jepang mendarat di
Kalimantan, ayahnya ditangkap dan dibawa ke Balikpapan. Anang tak tahu
nasib ayahnya. Ia menduga ayahnya meninggal di kamp tawanan tentara
Jepang.
Ketika Anang “berdinas” di Kota Amuntai, tanah leluhurnya, selaku
pejabat Ketua DPD Golkar tahun 1998, dan menjadi anggota DPRD Kabupaten
Hulu Sungai Utara periode 1999-2004, ia juga menciptakan lagu-lagu
bertema pembangunan sebagai tanda kecintaannya kepada daerah.
“Kampungku, Delapan Sukses di Banua, Karasmin di Hulu Sungai Utara, Kota Amuntai dan Kerajinan Rakyat adalah beberapa lagu saya bertema Amuntai,” katanya.