Sejarah Terciptanya Lagu Paris Barantai Hingga Diang Katinting - Berita Online Terbaru -->

Sejarah Terciptanya Lagu Paris Barantai Hingga Diang Katinting

28 Jan 2018, 00.11
Anang Ardiansyah adalah pencipta lagu Paris Barantai
Anang Ardiansyah adalah pencipta lagu Paris Barantai. Begitu melegendanya lagu ini hingga seakan menjadi lagu wajib dalam acara-acara bernuansa Banjar.

Syairnya berbunyi: “Wayah pang sudah/Hari baganti musim/Wayah pang sudah/Kotabaru gunungnya bamega/Bamega umbak manampur di sala karang/Umbak manampur di sala karang….”

Lagu Paris Barantai, kata Anang pada suatu kesempatan, ia susun berdasarkan hasil perjalanan pada tahun 1958 mengunjungi Bati-Bati, Pelaihari, Batulicin hingga Kotabaru di Provinsi Kalimantan Selatan.

“Lagu Paris Barantai itu perjalanan lagu rakyat bersyair gandut dari Bati-Bati sampai Kotabaru,” ujarnya.

Begitu dahsyatnya lagu rakyat Banjar ini, pada tahun 90-an, sebuah stasiun TV di Jakarta sempat menjadikan lagu ini sebagai lagu tema acara Lobi-lobi. Anang pernah melayangkan protes ke RCTI ketika stasiun TV swasta pertama itu menayangkan lagunya tanpa meminta izin Anang selaku pencipta lagu.

Selain dari inspirasi dan riset, banyak lagu ciptaan Anang dari hasil melakukan perjalanan ke suatu daerah. Dari hasil perjalanannya keluar masuk kampung Suku Dayak di Kaltim lahirlah lagu Curiak, Mencari Jantung Hati, Lamun Datang Itu Lagu, Balikpapan, Diang Katinting, Apo Kayan, Oto Biru, Di Panajam Kita Badapat, Tingkilan Sepanjang Sungai, Di Hunjuran Mahakam dan Sarung Samarinda.

“Lagu-lagu itu hasil perjalanan dari Samarinda sampai Long Iram. Lagu-lagu itu merupakan perjalanan pantun dan napak tilas perjalanan masa kanak-kanak saya di Kaltim,” kata Anang, yang sejak berusia 17 bulan sampai 5,5 tahun tinggal di Long Iram, Kaltim yang berpenduduk asli Suku Dayak Apo Kayan.

Anang kelahiran Banjarmasin, 3 Mei 1938. Orang tua Anang adalah Anang Masran, yang saat zaman Belanda hingga masuknya Jepang menjadi Asisten Kyai (Wedana) di Long Iram. Ketika tentara Jepang mendarat di Kalimantan, ayahnya ditangkap dan dibawa ke Balikpapan. Anang tak tahu nasib ayahnya. Ia menduga ayahnya meninggal di kamp tawanan tentara Jepang.

Ketika Anang “berdinas” di Kota Amuntai, tanah leluhurnya, selaku pejabat Ketua DPD Golkar tahun 1998, dan menjadi anggota DPRD Kabupaten Hulu Sungai Utara periode 1999-2004, ia juga menciptakan lagu-lagu bertema pembangunan sebagai tanda kecintaannya kepada daerah.

“Kampungku, Delapan Sukses di Banua, Karasmin di Hulu Sungai Utara, Kota Amuntai dan Kerajinan Rakyat adalah beberapa lagu saya bertema Amuntai,” katanya.

TerPopuler